Dikarenakan tema persahabatan sedang menjadi mainstream belakangan ini, mari kita berpindah trayek. Kenapa? Karena saya.
The road so far... Setiap awal episode film series supernatural selalu diawali dengan kalimat tersebut. Semacam penanda bagi para pemirsanya untuk melihat sinopsis episode - episode terdahulu.
Jadi post ini tentang TV reviews? Engga juga dan engga banget. Kalimat tersebut terlintas dalam benak saya ketika berada dalam perjalanan menuju Brastagi, dijalan Jamin Ginting yang panjangnya huft sekali, Jamin-an Giting menurut saya.
Yup, benar, post ini merupakan lanjutan dari seri "jika" yang akan keterlaluan panjang bila dibuat satu post. So ladies and gentlemen, I present you: jika #4
Bagaimana jika, kehidupan merupakan satu jalan panjang tanpa putus? Just think about it, setiap orang mempunyai satu lajur tersendiri, dimana mulai dan akhirnya, subyektif terhadap si orang tersebut.
Spiritualistis banget yach? Jelas, bagi saya segala sesuatu yang bersifat spiritual sebenarnya sangat personal dan bukan sesuatu yang memiliki ukuran yang dapat dijadikan perbandingan.
Jadi, ada seseorang yang sedang menikmati perjalanannya, lantas jalan yang dia lewati bersinggungan dengan jalan yang dilalui oleh orang lain. Ini yang terjadi bila seseorang mecoba berjalan sembari melihat jalan orang lain:
"Kok jalannya dia mulus sekali sih? Ga ada lubang - lubang yang memperlambat perjalanan?"
"Hey, kenapa dia bisa berjalan lebih cepat dari saya? Jalan ini tidak adil"
"Wah orang itu jalannya menanjak naik, enak sekali ga ada polusi diatas sana"
Atau ketika, seseorang merasa sudah bisa "berjalan" dengan benar:
"Mari ikut berjalan bersama saya, jalan ini adalah satu - satunya jalan kebenaran"
Apa yang bisa dilihat dari sekumpulan statement diatas? Ya, alexforsale baru saja spamming tanda kutip, sama seperti enchantress yang menebar ulti layaknya penyakit kelamin (ini reference dari Dota 2 btw)
Perjalanan seseorang, yang berarti kehidupannya, dan juga berarti spiritualitasnya, adalah yang yang memiliki makna bagi orang tersebut, mencoba mengaplikasikan cara berjalan, rute jalan, atau media yang digunakan oleh orang lain, hanya akan berujung kepada kepalsuan dan/atau kehilangan identitas diri (also known as "diri sedjati")
Apakah berarti salah bila seseorang melakukan seperti yang diatas? Sama sekali tidak, jalan seseorang bukan merupakan tanggung jawab bagi yang lain. Surprised? Tentu jika belum mengenal seorang alexforsale.
Tidak ada yang salah dengan "berusaha mem'benar'kan jalan seseorang" tapi sebelum bicara soal benar salah, dari mana seseorang dapat mengetahui apa yang "tepat" bagi orang lain? Disaat orang tersebutpun belum tahu apa yang akan menunggunya diakhir jalannya sendiri?
Medan, January 25, 2015
0 comments:
Post a Comment
Makasih buat yang mau komentar...
Tapi biar enak baca dan bales komentarnya tolong sertain...
1. Nama, jadi jangan dikosongin biar lebih mudah manggilnya..
2. Komentar yang baik dan sopan
3. Kalo bisa abis komentar terus di share juga ya ke facebook atau twitter hahaha...
Sekali lagi makasih buat yang udah mau komentar...