Sebelum ku mulai cerita ini, aku sarankan kalian mendengar lagu SO JUNG LEE – ONE.
Cerita ini terjadi sekitar 7 tahun lalu. Waktu itu aku masih kelas satu sma. Ini adalah kali pertamanya aku bertemu dengan seorang cewek di dunia maya dan yang paling penting adalah ini juga kali pertama kali aku jatuh cinta pada cewek yang belum pernah kutemui.
Chacha, seorang cewek yang waktu itu masih duduk di kelas 2 SMP. Chacha adalah cewek yang kusukai setelah sekitar 2 tahun lalu aku kehilangan orang yang aku cintai (i’m sorry, i love you).
Aku kenal chacha di dalam sebuah game online produksi Korea Selatan, RF Online. Waktu itu selain sebagai pelajar, statusku juga sebagai seorang operator warnet milik orang tuaku. Setiap sore sampai pagi kegiatanku hanya main game online. Bisa dibilang semenjak aku kehilangan orang yang kusuka 2 tahun lalu. Aku tidak ada minat untuk mencari pacar lagi untuk beberapa saat, maka itu aku terus fokus sama game online.
“hai, princes...”
Tapi sebuah sapaan manis merubah hatiku. Itu adalah sapaan khas dari chacha untuk menyapaku di dalam game. Semua perlakuan buruk-ku sama chacha dibalas dengan perlakuan dan sapaan manisnya. Sampai entah kenapa hatiku mulai tertarik pada nick QueenCha di dalam game itu. Meskipun waktu itu aku belum tau pasti apakah chacha seorang cewek sungguhan atau cowok yang berpura-pura menjadi cewek. Yang jelas, aku suka padanya waktu itu.
Hari ke hari, minggu ke minggu, aku mulai merasa yakin dengan apa yang aku rasakan kepada seorang cewek yang mengaku bernama chacha ini. Akhirnya, aku beranikan diri untuk mengajaknya berpacaran.
“cha, gimana kalo kita pacaran?”
“tapi kita kan belum pernah ketemu, nanti kamu kecewa...”
“kalo gitu kita ketemu, gimana? Aku kerumah kamu ya...”
Tanpa menjawab, chacha langsung offline dari dalam game. Beberapa hari chacha tidak pernah online. Sampai disatu titik, aku mulai meragukan bahwa chacha ini adalah seorang cewek.
“hai, princes...”
Sore hari, setelah beberapa hari tidak melihat sapaan itu. Aku kembali melihat sapaan khas dari nick QueenCha. Dan kembali, sapaan itu berhasil membuat segala prasangka buruk-ku tentang chacha memudar dan kembali menyukainya layaknya seorang perempuan.
Ini bodoh atau cinta?
Kutanyakan kenapa ia beberapa hari tidak online dan bagaimana ajakanku kepadanya untuk berpacaran. Tapi ia tidak langsung menjawab, sampai beberapa lama ia baru menjawab. Namun jawabannya yang ia berikan tidak seperti yang aku harapkan.
“besok jam 2 siang, di pocin graha”
“cardigan putih, kaos pink, celana jins, rambut dikuncir, dan berkatamata”
Ya, ia tidak memberikan jawaban tapi ia langsung mengajakku untuk berkencan.
Jam 2 siang tepat di pocin graha, aku duduk dengan sedikit gelisah. Jam 2 siang lewat 15 menit, belum juga terlihat cewek dengan ciri-ciri yang disebutkan chacha. Dan pastinya selain gelisah aku juga takut kalau waktu itu aku dipermainkan sama chacha.
“hai...”
Seseorang menepuk punggungku dan aku yakin dari suaranya dia ini perempuan. Dengan perlahan aku melihat kebalakang. Untuk beberapa detik aku sempat terdiam melihat cewek cantik dengan tinggi sekitar 160cm, berkulit putih, dan bericiri-ciri tepat yang dikatakan chacha. Dan satu lagi, dia itu chiness.
Chacha sudah membelikan aku tiket bioskop bahkan sebelum masuk studio, aku dibelikan pop corn dan minuman. Jujur, ini diluar harapanku. Chacha memperlakukanku benar-benar seperti seorang princes.
Jam 4.30 sore, chacha mengajakku ke sebuah tempat yang sering dia datangi untuk sekedar menenangkan diri. Sebuah lapangan yang di tumbuhi alang-alang. Chacha mengajakku kesudut lapangan yang sering dia pakai untuk merebahkan diri sambil melihat matahari terbenam.
Sekitar 1,5 jam, aku dan chacha merebahkan diri dan melihat matahri terbenam. Banyak hal yang chacha ceritakan tentang dirinya. Apa yang ia suka, ia benci, ia inginkan, dan ia juga cerita kenapa ia mengajakku ke tempat ini.
“karna aku mau tidur disini, ngeliat matahari terbenam sama cowok yang aku suka”
Bahagia, itu adalah satu-satunya kata yang dapat mewakili perasaanku waktu itu.
Jam 5.30 sore, chacha mengajakku kembali ke pocin graha. Dan dia berpamitan kepadaku untuk pulang dan berjanji akan mengajakku untuk berkencan lagi dengan syarat aku yang bayarin dan traktir dia.
Sesampainya dirumah, aku lekas ke depan komputer untuk online game berharap chacha juga sudah online. Sampai tengah malam aku tunggu dia online tapi tetap dia tidak online. Aku berfikir mungkin ia lelah setengah hari ini berkencan denganku.
Keesokkan harinya, sepulang sekolah aku buru-buru untuk online game. Dan sekarang pun chacha masih belum online. Bahkan sampai tengah malam lagi aku tunggu chacha tetap tidak online.
Kenapa? Aku pun tidak pernah tau.
Berhari-hari, berminggu-minggu, sampai akhirnya aku berhenti main game online itu, chacha tidak pernah online. Sekalipun dia tidak pernah online, bahkan sekedar untuk mengatakan “hai, princes”.
Sampai aku menulis cerita ini sekarang, aku tidak pernah tau dimana keberadaan chacha. Dan sore itu adalah kenangan terindahku bersama chacha.
“chacha, dimanapun kamu sekarang. Aku mau bilang, terimakasih untuk semua kenangan indah yang kamu kasih ke aku. Kamu dan kenangan ini akan selamanya ada dihati aku. Sekali lagi, terimakasih , ratuku...”
0 comments:
Post a Comment
Makasih buat yang mau komentar...
Tapi biar enak baca dan bales komentarnya tolong sertain...
1. Nama, jadi jangan dikosongin biar lebih mudah manggilnya..
2. Komentar yang baik dan sopan
3. Kalo bisa abis komentar terus di share juga ya ke facebook atau twitter hahaha...
Sekali lagi makasih buat yang udah mau komentar...