Pulau ini masih terletak di daerah gugusan Kepulauan Seribu Jakarta. Untuk ke Pulau Pari bisa kita tempuh dari 2 titik keberangkatan, yakni jadwal regular dari Pel. Muara Saban Cituis Tangerang dengan perjalanan laut waktu sekitar 1,5 jam atau dari Pel. Muara Angke dengan menggunakan kapal dengan waktu tempuh sekitar 2 Jam perjalanan laut dengan harga tiket sekitar Rp 70rb PP.
Pulau Pari adalah wilayah yang diperuntukan bagi kelestarian hayati dan penelitian di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, berbeda dari pulau lain yang sudah ramai pengunjung, di Pulau Pari sangat menarik karena dipulau ini banyak terdapat keanekaragaman hayati maupun ekosistem bawah lautnya yg sarat akan informasi.
Pulau Pari - Dengan luas sekitar 94,57 hektar, Pulau Pari merupakan gugusan pulau yang masuk Pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (Pemkab Kep. Seribu). Sebelumnya, pulau ini merupakan pulau pengungsian bagi pelarian warga sekitar yang menolak dijadikan pekerja paksa oleh Belanda. Kini, Pulau Pari menjadi sentra budidaya rumput laut yang menopang kehidupan warganya.
Sebelum tahun 1900-an, Pulau Pari merupakan pulau tak berpenghuni dan belum memiliki nama. Berkuasanya Belanda pada waktu itu memaksa sejumlah warga sekitar Tangerang menetap disana untuk menghindari kerja paksa.
Seperti dituturkan Arsyad warga Pulau Pari sekaligus, keluarga pertama yang menghuni pulau tersebut. Sekitar 1900-an, ia dan keluarganya melarikan diri ke pulau yang tak berpenghuni dan tak bernama tersebut. Bermodalkan perahu cadik, sekuat tenaga ia mendayung perahu dari Tangerang ke pulau tersebut untuk menetap disana. "Saat menetap, kami menyebut pulau ini dengan Pulau Pandawa karena anak kami ada lima," katanya.
Kepergiannya ke Pulau Pari, lanjutnya, untuk menghindari kebijakan pemerintahan Belanda yang memaksa seluruh warga menjadi tenaga kerja paksa. Pasalnya, dari beberapa warga Tangerang yang sempat dijadikan pekerja paksa, mereka tak ada yang pernah kembali.
Semenjak tinggal di pulau tersebut, kehidupan keluarga Arsyad berjalan normal. Keahliannya sebagai nelayan, dijadikan modal untuk menafkahi seluruh keluarganya. Setelah beberapa lama menetap, Arsyad menyebut pulau tersebut dengan Pulau Pari karena disekitarnya terdapat banyak sekali habitat ikan pari.
Kehidupan keluarga Arsyad yang tenang ternyata tercium oleh para tetangganya. Karena tak lama kemudian, sejumlah keluarga yang berasal dari Tangerang mengikuti jejaknya ke Pulau Pari. "Kebanyakan para pendatang baru berasal dari Kampung Rawa Saban, Karang Serang, Ketapang, Mauk, dan Kronjo Tangerang," ungkapnya.
Karena berasal dari daerah yang sama, akhirnya keluarga Arsyad dan para pendatang baru tersebut berbaur membina suatu lingkungan sosial yang harmonis. Sekitar tahun 1943, kehidupan harmonis warga Pulau Pari sempat terusik dengan kedatangan Jepang yang menguasai pulau tersebut. Pada masa ini, sebagian besar warga dipaksa Jepang menjadi nelayan tangkap tanpa dibayar sedikitpun.
Beruntung, kekuasaan Jepang di pulau tersebut tak berlangsung lama. Sejak Presiden pertama RI mengumandangkan proklamasi, Jepang pun angkat kaki dari pulau tersebut. Sejak hengkangnya Jepang, salah satu warga Pulau Pari berinisiatif memberikan pendidikan bagi warga pulau untuk mengembangkan pola pikir masyarakat melalui pendidikan formal.
“Bapak Mansyur selaku pencetus sekolah rakyat (SR) disana merasa terpanggil untuk meningkatkan mutu pendidikan di pulau tersebut," ungkapnya. Sekitar tahun 1960-an, dengan swadaya masyarakat dan bantuan dari Pemerintah setempat, dibangunlah gedung sekolah sederhana. Pembangunan gedung sekolah ini, sekaligus menandakan perubahan SR menjadi Sekolah Dasar (SD).
Berkat pendidikan yang ada, akhirnya pengetahuan masyarakat mengalami perkembangan. Dari yang tadinya hanya mengandalkan penghasilan dari nelayan, mereka mulai mencoba mengeksploitasi perairan sekitar dengan melakukan budidaya. Rumput laut Bali menjadi pilihan sebagai komoditi untuk dibudidayakan.
Antusiasme masyarakat untuk membudidayakan rumput laut, ternyata mendapat lampu hijau dari pemerintah. Tak lama kemudian, pemerintah membangun pusat penelitian yang dimotori Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Menempati sisi barat Pulau Pari, Gubernur Ali Sadikin langsung meresmikan Kantor LIPI yang berfungsi sebagai pusat penelitian rumput laut.
Kini, rumput laut Bali menjadi andalan budidaya yang berhasil untuk dijadikan bibit di perairan Pulau Pari. Ditambah lagi, dengan keindahan terumbu karang dan aneka jenis ikan di sekitar laut pulau tersebut memberikan banyak perubahan ekonomi bagi warga itu sendiri.
Perahu nelayan yang bersandar di pelabuhan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (25/6/2011). Pulau Pari merupakan bagian dari 12 pulau dari kelurahan Pari yang berpenghuni 789 jiwa dengan mata pencarian 90 persen sebagai nelayan, pulau tersebut juga menawarkan potensi keindahan alam bahari seperti pantai pasir putih dan terumbu karang.
Keindahan pemandangan pantai Pasir Putih Perawan, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (25/6/2011). Pulau Pari merupakan bagian dari 12 pulau dari kelurahan Pari yang berpenghuni 789 jiwa dengan mata pencarian 90 persen sebagai nelayan, pulau tersebut juga menawarkan potensi keindahan alam bahari seperti pantai pasir putih dan terumbu karang.
Keindahan pemandangan terumbu karang yang terdapat di kawasan perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (26/6/2011). Pulau Pari merupakan bagian dari 12 pulau dari kelurahan Pari yang berpenghuni 789 jiwa dengan mata pencarian 90 persen sebagai nelayan. Pulau tersebut juga menawarkan potensi keindahan alam bahari seperti pantai pasir putih dan terumbu karang.
Sejumlah anak tertawa ceria saat merawat pohon mangrove yang terdapat di kawasan ekowisata Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, Jakarta, Sabtu (25/6/2011). Penanaman dan pemeliharaan mangrove di kawasan tersebut mencapai 700 meter yang telah ditanam sejak tahun 2006 untuk menahan abrasi pasir laut serta memelihara ekosistem laut.
KISAH tentang Pulau Pari berawal dari sebuah keluarga yang melakukan perjalanan menggunakan perahu cadik ke sebuah pulau dengan tujuan untuk melarikan diri dari diberlakukannya kebijakan pemerintah Belanda yang memaksa warga untuk ikut dalam kerja paksa. Pulau tersebut kini dikenal dengan nama Pulau Pari. Pulau Pari terdapat di kawasan perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Cerita itu banyak menginspirasi warga ibu kota untuk melakukan perjalanan ke sejumlah pulau yang terdapat di Kepulauan Seribu, untuk sejenak lari dari kepenatan akan padatnya rutinitas kerja. Pulau Pari memang tidak setenar pulau lainnya seperti Pulau Tidung, Pulau Bidadari, Pulau Pramuka atau Pulau Wira.
Sedikitnya info mengenai Pulau Pari masih menjadi faktor para wisatawan untuk singgah ke pulau yang merupakan bagian dari 12 gugusan pulau di Kelurahan Pari yang memiliki luas total 94.5 hektar. Pulau Pari memliki luas 42 hektar yang dihuni kurang lebih 789 jiwa dengan mata pencaharian mayoritas warganya sebagai nelayan tangkap, budidaya serta rumput laut.
Sedikitnya wisatawan yang berkunjung ke pulau juga terkendala oleh minimnya transportasi yang langsung menuju pulau tersebut, kecuali dari Rawasaban Tangerang ataupun dari Marina, Ancol dengan jumlah penumpang yang terbatas. Sebagai alternatif wisatawan dapat memilih rute perjalanan menuju Pulau Pari dengan menaiki perahu bermotor dari arah Muara Angke yang menuju Pulau Tidung.
Tidak adanya kapal bermuatan banyak yang langsung menuju Pulau Pari, membuat wisatawan harus transit di tengah laut untuk dioper ke sebuah perahu kayu untuk melanjutkan perjalanan menuju pulau Pari. Setibanya di pulau yang asri ini, wisatawan akan disambut dengan pemandangan yang memikat, hamparan pasir putih yang masih perawan serta riak-riak air yang menenangkan.
Pulau Pari juga tidak hanya sebagai tempat berlibur, tetapi pulau ini merupakan ekowisata tempat bernaungnya hutan mangrove yang merupakan ciri khas pulau ini. Wisatawan dapat memperoleh penjelasan tentang ekosistem yang ada di Pulau Pari dari para peneliti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) ataupun dari para guide yang berasal dari pemuda Karang Taruna pulau Pari. Bahkan wisatawan dapat melihat maupun berperan serta langsung dalam pemeliharaan mangrove seperti yang dilakukan anak-anak penghuni pulau ini.
Siang itu sekelompok bocah Pulau Pari tampak bercanda ria merawat pohon mangrove yang ditanam pada tahun 2006, sepanjang hampir 700 meter di salah satu gugusan pantai pulau tersebut. Menyadari pentingnya fungsi mangrove yang berguna mencegah abrasi dan melindungi ekosistem laut, kebanyakan anak-anak penghuni pulau meluangkan waktu dengan merawat dan membersihkan mangrove dari sampah dan kotoran lainnya sembari bermain di laut.
Kegiatan ini sangat menyenangkan karena menjadi wahana bersosialisasi sekaligus belajar langsung merawat lingkungan. Potensi bahari Pulau Pari yang patut dinikmati wisatawan selanjutnya adalah wisata terumbu karang indah yang berhias bermacam ikan-ikan cantik.
Ada tiga spot snorkeling yang menjadi andalan Pulau Pari seperti Karang Kapal, Area Perlindungan Laut dan Bintang Rama. Dengan merogoh kocek sekitar Rp 35.000 wisatawan dapat melakukan snorkeling atau selam dangkal di kedalaman laut yang jernih pada salah satu spot tersebut. Pemandangan tersebut dapat menjadi surga dunia bagi wisatawan penggemar snorkeling.
Setelah menikmati rindangnya hutan mangrove dan menjelajah terumbu karang, wisatawan dapat beristirahat sembari menikmati hangatnya suasana matahari tenggelam atau sunset dipantai Pasir Perawan. Langit dengan semburat cahaya kemerahan diiringi pemandangan perahu kayu para nelayan usai pulang memancing menjadi penyempurna liburan singkat di Pulau Pari.
SUNSET DI PULAU PARI. Seorang nelayan usai pulang memancing dengan latar belakang matahari tenggelam di kawasan Pantai Pasir Perawan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (25/6). Pulau Pari merupakan bagian dari 12 pulau dari Kelurahan Pulau Pari yang berpenghuni 789 jiwa dengan potensi keindahan pantai dan alamnya.
Pelestarian Mangrove di Pulau Pari
ICON PANTAI PASIR PERAWAN
Di Pulau Pari terdapat sebuah pantai yang terletak di sbelah utara. struktur pantai ini sangat menarik karena bentuknya yang panjang dan berkelok2 dengan pasir yang berwarna putih dan lembut, terlebih lagi view dari bibir pantai ke arah laut terdapat hutan-hutan bakau yang rindang, sehingga suasana di pantai ini sangat-sangat indah, unik nan eksotik!
"LAGOON THAT SURROUNDED BY SIX ISLAND!"
Luas dataran Pulau Pari sekitar 94 Ha dengan penduduk sekitar 670 orang memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan "pulau berpemukiman padat merayap" disekitar Kepulauan Seribu. Akan tetapi walaupun wilayah datarannya kecil, wilayah laut di Pulau Pari dikelilingi oleh 5 pulau sekaligus antara lain Pulau Gudus, Pulau Tengah, Pulau Burung Indah, Pulau Kongsi dan Pulau Tikus yang semuanya tergabung dalam gugusan lagoon yang sangat luaaas!.
ni adalah pulau burung, salah satu dari 6 pulau yang berada di gugusan pulau pari. Lagoonnya luaaaas baget gan, dan banyak ikan baronangnya lho!
Lagoon adalah sebuah wilayah laut yang tenang dengan kedalaman 3-5 meter dan areal itu dikelilingi oleh pulau dan batu-batu karang sepanjang pinggiran slope. di Pulau Pari banyak nelayan yang berprofesi sebagai petani rumput laut di areal lagoon ini!
THE BEST CORALS SPOT FOR SNORKELING AND DIVING
Jika kita melakukan snorkeling atau diving di perairan Pulau Pari banyak sekali kita temukan terumbu-terumbu karang hidup seperti soft corals, brain corals, labirith corals, pakis laut, dll, bahkan anemon yang merupakan habitatnya ikan NEMO bisa kita temui disini jika beruntung!
di Pulau Pari terdapat 4 spot snorkeling, yakni antara lain:
di spot ini banyak terdapat karang api dan karang bunga, penilaian saya ini spot yang biasa dengan .
ini adalah areal konservasi terumbu karang yang di kelola oleh Oceanografi LIPI, ada Anemon yang menjadi habitat ikan Nemo!.
spot terbaik! disini banyak terdapat "pohon-pohon karang" dan banyak beragam macam ikan-ikan hias, serta lily laut yang sangat mempesona!
di spot ini tidak ada karang, melainkan kapal karam yang tenggelam sejak tahun 90th-an. kata nelayan setempat jika kita menyelam sampai ke kapal itu kita bisa melihat pemandangan ikan-ikan besar seperti ikan Giant Travelly, kakap, bahkan ikan Hiu!
"Natural Living"
Jika anda berniat untuk berwisata ke Pulau Pari, jangan berekspektasi tinggi tentang sarana wisata yang mewah layaknya sebuah resort, karena di Pulau Pari bukanlah tempat khusus wisata, melainkan pulau penduduk. Akan tetapi jangan khawatir jika kita ingin menginap ada beberapa rumah warga setempat yang dijadikan penginapan dadakan a.k.a "Homestay". dan juga di areal LIPI juga tersedia Guest House dan mess yang biasa digunakan para peneliti atau mahasiswa untuk menginap, untuk tamu umum juga bisa kok!
Terlebih dari pulau-pulau lainnya di Kep.Seribu yang berpemukiman padat-merayap dengan jumlah wisatawan yang amat-sangat ramai, di Pulau Pari sangat berdeda sekali!. dengan jumlah penduduk hanya sekitar 670 jiwa tata ruang rumah warga sangat teratur bahkan bisa dibilang seperti kompleks pedesaan!.
rate harga sewa rumah ini seharga Rp 300rb - 500rb/malamnya, fasilitasnya antara lain kasur extrabed, kamar mandi, kipas angin, lengkap denga TV dan dispenser.
suasana di homestay Pari juga sangat asri cz antara rumah yang satu dengan yang lain terdapat jarak tanpa pagar disekitar halamannya, terlebih kita bisa bercengrama dengan masyarakat lokal yang sangat ramah tamah!
Fasilitas yang dimiliki oleh LIPI ini terbilang standar untuk wisata, dengan rate harga sekitar Rp 750rb/malam anda bisa menginap di kamar-kamar ber-AC dengan ranjang tidur disetiap kamarnya, dan letaknya di pinggir pantai ujung pulau pari, suasananya hening dan asri, cocok untuk anda yang benar-benar menyukai ketenangan dan privasi!
SUMBER
btw ane pertamax ga nih gan??
ReplyDeletepunya no telp homestaynya lipi ga gan? soalnye ane sm rombonngan mau kesana dlm waktu dekat ini...thx gan... :)
ReplyDeletehubungin aja 085717962524 - 2213D470 ... itu bukan yg punya homestay lipi ... tapi mungkin bisa ngebantu booking homestay lipi ...
ReplyDeleterecomended banget buat yg mau lari smentara dari penatnya keramaian, dsana tenang bgt guys
ReplyDeletewaktu saya dan teman2 ksana, kita ambil paket 2h1m, itu kurang bgt, kurang puas, masih betah dsana
@anonim
ReplyDeletewah emang mantep banget di pulau pari... cuma sekarang udah agak2 byk sampah gara2 yang kesana ga buang sampah du tempatnya...
enak sih backpacker kalo ke pari jadi bisa sesuka hari sampe kapan aja selama uang masih ada :D