Percaya atau nggak, semua yang terjadi didunia ini berawal dari mindset. Bahkan kebiasaan kamu sehari-hari juga berawal dari mindset yang tertanam dari kecil.
Jadi jangan bingung kenapa negara ini nggak ada habis-habisnya ngurusin koruptor, kenapa banyak orang yang teramat miskin padahal di lain sisi ada orang yang teramat kaya. Semua itu berawal dari mindset.
Sayangnya banyak orang tua yang memberikan mindset yang salah kepada anak mereka sejak kecil. Saya biasa menyebutnya dengan “pupuk busuk”, kenapa busuk? Karna bagi saya mindset yang ditanamkan sebagian besar orang tua itu busuk dan akan semakin busuk seiring dewasanya seorang anak.
Mungkin sekarang kamu mengerutkan kening dan berfikir saya ini orang yang kurang ajar karna mencela orang tua?
Bagi saya itu bukan sebuah celaan, itu hanya sebuah kritik untuk menjadikan anak mereka lebih baik di masa depan.
Ok, saya mulai jelaskan satu persatu.
“Biar miskin asal masuk surga” –> menjadi orang miskin sudah ditanamkan secara turun-menurun.
“Buat apa kaya raya kalau sombong? Mending miskin tapi baik hati” –> sejak kecil diajarkan untuk menjadi orang miskin yang baik hati.
“Mimpi jangan ketinggian, nak. Inget kamu siapa” –> meyakinkan seorang anak untuk jadi NOTHING.
Pernah dengarkan kata-kata diatas? Ya, itu mindset umum yang biasa didengar dilingkungan keluarga maupun masyarakat. Bagi saya, orang tua yang memberikan pilihan mindset seperti di atas itu kelewatan.
Seperti “biar miskin asal masuk surga”, bagi saya mindset yang dikatakan orang tua kepada seorang anak seperti ini untuk menutupi ketidak-mampuan orang tua untuk mencari uang yang banyak untuk menjadi kaya raya. Ok, lah jika alasannya jika untuk membuat si anak menjadi orang yang bersyukur. Tapi bukan begitu caranya, bukan dengan menanamkan mindset seperti itu.
Bersyukur adalah bentuk kepuasaan dengan apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Jadi kalo mau buat anak bersyukur cukup dekatkan mereka dengan agama. Dan untuk mindset itu seharusnya di ganti dengan.
“Biar kaya raya asal masuk surga”
Dengan memberikan mindset seorang anak seperti itu, maka akan memberikan dampak psikologis kepada anak untuk berjuang menjadi lebih baik dari orang tua mereka. Berjuang menjadi kaya raya, berjuang untuk memberikan orang tua mereka kenyamanan dan kepastian kesehatan yang terjamin. Semua itu perlu uang.
Kaya atau miskin sama-sama berkesempatan masuk surga, kenapa harus memilih miskin?
Tapi dalam hal kesehatan, makanan, tempat tinggal, naik haji, sekolah, pengobatan, dan lain-lain itu butuh uang. Jadi kalo hanya ingin masuk surga sepertinya harapan anda sebagai orang tua kepada anak teramat rendah.
Jadi mulai rubah pilihan mindset untuk anak anda, seperti:
“Biar kaya raya asal masuk surga”
“Jadi orang kaya yang baik hati dan tidak sombong”
“Kamu sekarang bukan siapa-siapa, nak. Tapi kamu masih bisa jadi siapa-siapa jadi belajar yang rajin”
Jangan tanamkan sikap pesimis pada anak anda karna itu akan berdampak samapai mereka dewasa.
Untuk mindset bukan hanya pada pilihan kata-kata. Tapi juga sering diatanamkan dari sikap dan kebiasaan sehari-hari. Contoh yang mudah adalah “jangan buang sampah sembarangan”. Bagi saya larangan itu hanya berlaku di lingkungan sekolah. Karna hanya di lingkungan sekolah yang akan ada sanksi langsung kepada seorang anak bila buang sampah sembarangan.
Maka itu kadang saya bingung sama dunia pendidikan di Indonesia. Guru-guru terkesan hanya mengajarkan dan memberi contoh di lingkungan sekolah. Sedangkan untuk diluar sekolah terkesan dibiarkan. Diluar sekolah pun seorang guru akan membuang sampah sembarangan, saya yakin itu. Karna itu sudah menjadi mindset yang dibuat lingkungan sekitar.
Tidak ada sanksi dan tidak ada yang memberikan contoh harus membuang sampah pada tempatnya di luar sekolah. Saya sering liat mobil-mobil mewah membuang sampah bungkus stereofom keluar mobil. Saya sering liat dijalan seorang ibu membuang sampah sembarangan saat ibu itu berjalan dengan anaknya. Saya sering liat saat jam istirahat dekat dengan kantor pemda, beberapa PNS membuang sampah sembarangan di warung kecil tempat mereka minum kopi.
Kenapa semua terkesan dibiarkan?
Karna itu sudah ter-mindset dari lingkungan secara otomatis. Tidak ada sanksi langsung atau sanksi moral jika membuang sampah sembarangan. Semua terkesan wajar dan mewajarkan. Bahkan kalau ada orang yang menegur untuk buang sampah pada tempatnya, bsia jadi orang yang menegur malah di bilang “sok suci” atau apalah.
Saya sudah memulai sejak lama, untuk membawa kantong kresek didalam tas. Jika saya tidak menemukan tempat sampah maka saya akan memasukan sampah itu ke kantong kresek dan memasukan dalam tas. Selanjutnya akan saya buang jika saya menemukan tempat sampah. Terkesan sok suci, ya? Terserah kamu aja.
Dari semua hal yang saya tuliskan, saya hanya ingin menekankan sekali lagi. Untuk merubah dunia menjadi lebih baik harus dimulai dengan mindset yang baik pula sedari kecil.
Jangan biarkan anak anda hidup dalam penuh pesimis, mungki anda bukan siapa-siapa tapi anak anda masih berhak menjadi siapa-siapa di masa depan, mungkin anda bukan orang sukses tapi anak anda masih berhak menjadi sukses di masa depan, mungkin anda orang paling miskin di dunia tapi anak anda masih berhak menjadi orang paling kaya di dunia.
Kegagalan anda bukan berarti menjadi kegagalan anak anda. Berikan mindset yang positif untuk anak anda sekarang.
0 comments:
Post a Comment
Makasih buat yang mau komentar...
Tapi biar enak baca dan bales komentarnya tolong sertain...
1. Nama, jadi jangan dikosongin biar lebih mudah manggilnya..
2. Komentar yang baik dan sopan
3. Kalo bisa abis komentar terus di share juga ya ke facebook atau twitter hahaha...
Sekali lagi makasih buat yang udah mau komentar...