Jakarta - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang lingkungan, Clean Air Initiative (CAI) for Asia City melansir survei tentang kualitas udara di tujuh kota di kawasan Asia. Hasilnya, Jakarta menduduki peringkat ke empat dengan kategori kualitas udara good (61-80).
Penilaian yang dilakukan pada tahun 2009 itu, bertujuan untuk mengevaluasi kualitas udara suatu kota dalam rangka mengendalikan pencemaran udara, serta emisi green house glasses (GHG) atau yang lebih dikenal dengan gas rumah kaca. Jakarta bersaing bersama Jinan, Bangkok, Colombo, Hanoi, Kathmandu dan Metro Manila. Dengan kualitas udara terbaik adalah Kota Jinan dengan hasil excellent (81-100).
Atas hasil survei itu, Ketua Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta Peni Susanti mengatakan penilaian itu bukan tanpa dasar yang jelas.
"Penilaian kualitas ini kan berdasarkan pada tiga indeks," ujar Peni, saat work shop 'Low Carbon City', di Gedung Diklat ESDM, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (25/5)
Ada tiga indeks yang dinilai dari setiap kota. Yaitu polusi udara dan kesehatan dengan membandingkan konsentrasi pencemaran rata-rata tahunan dengan ambang batas organisasi kesehatan dunia (WHO), kapasitas manajemen udara bersih dengan mengevaluasi tingkat kapasitas suatu kota dalam menentukan sumber pencemar, serta kebijakan dan implementasi udara bersih, dengan mengevaluasi upaya kebijakan dan implementasi untuk mengendalikan sumber pencemar yang telah ditentukan.
Penilaian pada tiga indeks ini, diklasifikasi dalam enam kategori. Yaitu, critical (0-10), very poor (11-20), poor (21-40), moderate (41-60), good (61-80), dan excellent (81-100).
Hasilnya, Jakarta termasuk pada kategori good," klaim Peni mengacu pada hasil survei tersebut.
Agar kualitas udara di ibukota tetap bersih, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dalam aturan tersebut diatur langkah pengendalian pencemaran udara baik di luar ruangan (outdoor) maupun dalam ruangan (indoor).
Salah satu contoh kualitas DKI Jakarta sudah cukup baik, Peni mengutip omongan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pada suatu kesempatan.
"Jadi Pak Gubernur juga pernah sampaikan bahwa masyarakat dari Stasiun Gambir sudah bisa melihat Gunung Salak, Bogor, padahal dulu tak bisa. Selain itu di Kepulauan Seribu kita juga bisa melihat sunset," ungkap Peni.
Beberapa tolak ukur yang disampaikan Fauzi saat itu, diyakini Peni bahwa kualitas udara di Jakarta mulai bersih.
"Kita juga coba jaga kualitas udara dengan menggelar hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day. Dan terus memenuhi ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta yang mencapai 20 persen dari targetnya 30 persen sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 63 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan Kota," pungkas Peni.
“dimana bersihnya coba ? ini yang gila gua, nggak tau Jakarta bersih atau mereka sih yang klaimJakarta bersih ?”
0 comments:
Post a Comment
Makasih buat yang mau komentar...
Tapi biar enak baca dan bales komentarnya tolong sertain...
1. Nama, jadi jangan dikosongin biar lebih mudah manggilnya..
2. Komentar yang baik dan sopan
3. Kalo bisa abis komentar terus di share juga ya ke facebook atau twitter hahaha...
Sekali lagi makasih buat yang udah mau komentar...